Puasa yang "Tak Menembus" Atap

RHK Selasa, 8 Maret 2022

Yesaya 58:4-5

Kehidupan umat Israel sekembalinya dari pembuangan di Babel, memang mengikuti Tuhan. Mereka beribadah, berdoa dan berpuasa. Tapi hanya bersifat serimoni saja. Tidak tulus dan murni. Bukan dilakukan dengan hati, tapi sekedar memenuhi syarat formal yang penting sudah beribadah, berdoa dan berpuasa.

Itulah sebabnya, doa-doa mereka tidak di dengar oleh Tuhan. Ibadah puasa mereka, tidak sampai kepada Tuhan di tempat-Nya yang mahatinggi. Doa puasa mereka, nyangkut di langit-langit atau atap rumah. Mereka berdoa, berseru dan mengeluh, tapi keluh kesah mereka tak mampu menembus atap rumah mereka. Dosa dan pelanggaran merekalah yang telah menghalangi semuanya itu sehingga segala doa mereka tidak didengar Allah dan tidak mampu menembusi atap rumahnya.

Mengapa demikian? Karena ketika umat yang sudah berjanji setia itu berpuasa dan berdoa, mereka malah masih berbantah-bantahan, suka berkelahi, memukul menyiksa sesamanya dengan semena-mena.  Perbuatan ini telah menodai ibadah puasa dan doa mereka. Ini merupakan kekejian dalam puasa. Karena Allah tidak menghendaki umat-Nya berlaku demikian.

Sesungguhnya, ini bukan cara merendahkan diri yang benar di hadapan Tuhan, tapi keangkuhan diri. Kita mengaku tunduk kepada Tuhan, tapi justeru menanduk sesama. Puasa model demikian sangat ditentang Allah. Tapi itulah yang dipertontonkan umat Israel. Karena itu, Yesaya menyerukan umat Israel agar introspeksi diri dan bertobat dari segala pelanggarannya, karena kalau tidak, Allah akan menghukum mereka kembali seperti sebelumnya.

Demikian firman Tuhan hari ini.
"Sesungguhnya, kamu berpuasa sambil berbantah dan berkelahi serta memukul dengan tinju dengan tidak semena-mena. Dengan caramu berpuasa seperti sekarang ini suaramu tidak akan didengar di tempat tinggi.
Sungguh-sungguh inikah berpuasa yang Kukehendaki, dan mengadakan hari merendahkan diri, jika engkau menundukkan kepala seperti gelagah dan membentangkan kain karung dan abu sebagai lapik tidur? Sungguh-sungguh itukah yang kausebutkan berpuasa, mengadakan hari yang berkenan pada TUHAN?" (ay 4, 5)

Tegoran Allah atas prilaku hidup umat Israel yang jahat, merupakan wujud kasih Allah bagi mereka. Pengalaman mereka yang sering dibuang, ditawan dan dijajah karena segala kejahatan dan prilaku hidup mereka yang jahat, harusnya menjadi tanda awas bagi mereka untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama.

Bangsa itu harusnya belajar dari pengalaman. Sebab, jika Allah menghukum, tidak ada satupun yang dapat membela atau menolong mereka. Bangsanya pasti luluhlantak dan mereka pasti menderita. Seperti pengalaman yang baru saja mereka lewati ketika dutawan dan dijajah di Babel.

Hal pertobatan yang sungguh dan beribadah, berdoa dan berpuasa yang tulus, murni dan sungguh di hadapan Tuhan, hendaknya menjadi bagian dalam hidup kita umat Tuhan di dalam kekinian. 

Marilah kita belajar dari pengalaman umat Israel. Allah kita di dalam Tuhan Yesus, memang amat sangat mahabaik karena Dia amat sangat mahakuasa. Namun, Dia juga amat sangat mahaadil dalam keputusan-Nya. Jika kita melanggar kekudusan hidup di dalam-Nya dan berlaku jahat, Tuhan pasti menghukum kita.

Jika ibadah, doa dan puasa kita hanya bersifat rutinutas, serimoni belaka dan hanya untuk menjadi kesombongan rohani, maka semua itu akan nyangkut di atap rumah. Tak mampu menembus langit-langit rumah. Sebab Allah di tempat-Nya yang mahatinggi tidak berkenan mendengarnya.

Karena itu, beribadah, berdoa dan berpuasalah dengan hati sebagai orang benar, atau orang yang beriman. Yakni dilakukan dalam pertobatan dan ketaatan kepada Tuhan. 

Peganglah dan yakinilah firman Tuhan dalam Yakobus 5:16. "Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya."

Datanglah kepada Tuhan dengan hati yang hancur, berdoalah dalam kepasrahan penuh pada-Nya dan beribadalah dalam ketaatan pada kehendak-Nya dan rendahkanlah dirimu dalam pertobatan dan penyangkalan diri. Lakukanlah dalam ketulusan dan kemurniaan hati. Tuhan mendengar dan mengabulkan segala doa kita dan keluarga yang benar di hadapan-Nya. Amin

 Doa: Tuhan Yesus, ajarlah kami untuk berdoa dan berpuasa yang benar agar hidup kami senantiasa memuliakan Tuhan. Amin