Puasa yang Dikehendaki Allah

RHK Rabu, 9 Maret 2022

Yesaya 58:6-7

Puasa seremonial dan sekedar rutinitas serta hanya dalam rangka dilihat orang, ditentang Allah. Bukan itu puasa yang dikehendaki Allah. Iitu hanyalah sebuah kepalsuan bahkan kemunafikan belaka.

Puasa yang dikehendaki Allah bukan asal sudah merendahkan diri, beribadah, berdoa dan berpuasa. Bukan puasa asal jadi. Tapi puasa yang benar-benar tulus dan murni untuk Tuhan. Yakni dengan melepas semua belenggu kelaliman, kezaliman, kejahatan dan berbagai bentuk perbuatan dosa dan perlawanan lainnya kepada Tuhan.

Jadi puasa yang Allah kehendaki adalah, tunduk dan merendahkan diri secara sungguh kepada Allah, mengasihi Tuhan tanpa batas serta semua manusia tanpa pilih kasih dan tanpa pamrih, mengunjungi orang miskin, orang terbelenggu, orang sakit, orang dalam penjara yang menderita serta tidak menutup diri bagi kesusahan saudara atau keluarga sendiri.

Dengan demikian, puasa yang baik dan benar, bukan sekedar merendahkan diri, beribadah, berpuasa dan berdoa tanpa perbuatan. Tapi justru harus diwujudkan dalam tindakan nyata dengan mengasihi sesama lebih sungguh lagi, terutama mereka yang menderita kepapaan dan berbagai kesusahan lainnya. Bukan duduk diam membisu tanpa tindakan kasih yang sungguh tanpa batas kepada sesama.

Demikian firman Tuhan hari ini.
"Bukan! Berpuasa yang Kukehendaki, ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk,
supaya engkau memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri!" (ay 6, 7)

Orang yang mengaku berpuasa, tapi masih menyakiti sesamanya, tidak layak di hadapan Tuhan. Puasa yang tidak disertai dangan perwujudan nyata kasih sayang kepada yang membutuhkan, tidak didengar dan tidak diterima Tuhan.

Sangat jelas bahwa hal pokok atau utama dalam puasa adalah perbuatan atau tindakan nyata dan konkret dalam hidup manusia, yakni dengan menolong semua orang dalam berbagai penderitaannya. Termasuk keluarganya sendiri. Pertolongan dan perwujudan cinta kasih sayang itu harus dilakukan kepada semua orang yang membutuhkan, tanpa pilih kasih atau membeda-bedakan antara satu dengan yang lain.

Hal ini harus dimulai dalam rumah. Jika ada orang yang menjadi hamba, pembantu atau apapun perannya dalam rumah kita, janganlah siksa mereka dengan cara dan dalil apapun. Tapi kasihilah mereka dengan segenap hati.

Jika ada yang lapar, siapapun mereka harus diberi makan. Jika ada yang haus, harus diberi minum. Jika mereka telanjang, berilah pakaian. Semua yang patut dibantu dan ditolong, wajib dibantu dan ditolong. 

Demikianpun dengan sanak saudara atau keluarga kita, baik yang bersama kita maupun yang terpisah. Hendaklah kita kasihi dan tolong, sesuai keberadaan mereka. Selanjuynya orang-orang di sekitar kita sejauh yang dapat kita jangkau. 

Artinya, Puasa bukan teori bukan isapan jempol dengan kata-kata manis saja. Tapi merupakan perwujudan kasih yang dinyatakan. Dengan kata lain, puasa adalah firman Allah yang dinyatakan dan diaktakan secara sungguh-sungguh dalam hidup manusia, tanpa mengabaikannya sedikitpun.

Itulah kiranya yang dilakukan oleh kita sebagai jemaat Tuhan di zaman now. Setiap keluarga harus mewujudkan dan melakukan firman Tuhan dengan baik dan benar. Jangan berkompromi dengan kejahatan. Jangan mendua: di satu sisi berpuasa, tapi di sisi lain tetap melakukan kejahatan. 

Setiap keluarga Kristen harus mewujudkan puasa sesuai dengan kehendak Tuhan, sehingga Allah berkenan atas hidup kita dan memberkati kita bersama keluarga dalam segala hal. Dengan demikian, nama Tuhan dimuliakan dari cara hidup kita yang baik dan benar. Amin

 Doa: Tuhan Yesus, pakailah hidup kami untuk melakukan kebenaran-Mu dan menjauhi yang jahat. Tuntunlah kami agar ibadah, doa dan puasa kami berkenan kepada-Mu. Amin