Meratapi Diri Sendiri

RHK Sabtu, 19 Maret 2022

Zakharia 12:12-14

Ratapan adalah sebuah ekspresi besar dari rasa duka, sering kali dalam bentuk musik, syair atau lagu. Duka sering kali menimbulkan penyesalan atau rasa berkabung yang diekspresikan dalam tangisan namun ditandai dengan rasa penyesalan yang sangat dalam tentang sesuatu, terutama karena kematian atau perkabungan.

Nabi Zakharia menubuatkan akan datangnya Sang Juruselamat dunia. Namun karena hadirnya tidak sesuai ekspetasi atau harapan mereka, maka bangsa Yehuda maupun Israel menolak-Nya dan menganiaya Dia sampai mati tersiksa dan terhina di Kayu Salib. Itulah Tuhan kita Yesus Kristus. Atas semua itu, akan terjadi ratapan yang hebat di tengah-tengah bangsa itu.

Ratapan sebagai rasa penyesalan tetapi sekaligus sebagai tanda pertobatan umat Tuhan akan terjadi dan sudah terjadi itu, merupakan hal yang paling penting dalam peristiwa hidup umat manusia, terutama para pengikut Kristus di dunia ini.

Karena dalam momentum itulah Allah menyatakan kemuliaan dan kasih-Nya yang heran bagi manusia, dengan rela mengorbanlan Putera Tunggal-Nya mati tersiksa dan menderita, untuk menebus dosa umat manusia.

Karena kehadiran-Nya adalah untuk menebus dosa umat manusia secara pribadi, maka ratapan terhadap peristiwa itu haruslah dilakukan secara pribadi atau tersendiri. Bukan secara keseluruhan. Masing-masing kita harus bertanggungjawab atas diri kita sendiri. Masing-masing kita harus meratap secara tersendiri.

Demikian firman Tuhan hari ini.
"Negeri itu akan meratap, setiap kaum keluarga tersendiri; kaum keluarga keturunan Daud tersendiri dan isteri mereka tersendiri; kaum keluarga keturunan Natan tersendiri dan isteri mereka tersendiri;
kaum keluarga keturunan Lewi tersendiri dan isteri mereka tersendiri; kaum keluarga Simei tersendiri dan isteri mereka tersendiri;
juga segala kaum keluarga yang masih tinggal, setiap kaum keluarga tersendiri dan isteri mereka tersendiri." (at 13-14)

Tuhan telah memelihara hidup kita secara heran, dahsyat dan luar biasa. Tuhan telah berkorban jiwa dan raga-Nya untuk keselamatan kita. Dia mati tertikam oleh pelanggaran dan dosa kita. Karena itu, adalah sangat wajar dan sudah sepatutnya kita meratapi-Nya.

Ratapan yang dimaksudkan di sini tentunya adalah tanda pertobatan kita kepada-Nya. Jadi tidak sekedar ratapan untuk menenangisi kematian dan penderitaan-Nya, tapi harus diiringi dengan rasa penyesalan akan dosa-dosa yang telah kita lakukan melawan kehendak-Nya, yang membuat Dia tertikam, tersiksa, menderita sengsara hingga mati mengenaskan di atas Kayu Salib.

Jadi, masing-masing kita haruslah meratapi-Nya dalam penyesalan dan pengakuan dosa disertai tekad dan komitmen untuk tidak melakukan dosa lagi. Sebab, jika kita melakukan dosa lagi, itu artinya kita menikam Kristus secara berulang kali. Tegakah kita melakukannya?

Sebagai keluarga dan jemaat atau umat Kristen, marilah kita bukan hanya meratapi Kristus yang tersalib, tapi juga meratapi diri kita sendiri yang sesungguhnya sudah mati oleh karena dosa-dosa dan pelanggaran kita kepada Tuhan. Namun oleh belas kasihan kasih Kristus, kita hidup kembali dan diselamatkan oleh pengorbanan-Nya itu.

Karena itu, hendaklah kita meratapi Kristus dalam pertobatan dan ketaatan kepada-Nya. Memasuki Minggu Sengsara ketiga besok, hendaklah hidup kita terarah dan tertuju pada pertobatan penuh diiringi penyesalan atas dosa kita yang membuat Tuhan Yesus tertikam dan tersalib. 

Periksalah senantiasa hidup kita dan ratapilah diri kita dalam pertobatan dan ketaatan kepada Tuhan. Jauhilah yang jahat dan dosa. Karena itu adalah kekejian bagi Tuhan. Sebaliknya, hiduplah dalam pertobatan dan kesetiaan pada firman-Nya.

Dengan demikian, kita hidup berkenan kepada-Nya, maka Dia pasti memberkati kita dan menjadikan kita bersama keluarga sebagai berkat bagi banyak orang. Amin

 Doa: Tuhan Yesus, ajarlah kami meratapi diri kami dengan hidup dalam pertobatan dan kepasrahan penuh pada Tuhan, serta terus setia dan taat melakukan-Mu. Amin